top of page
Search

DUA SISI MATA UANG IMMANUEL

  • Beny Lie
  • Feb 8, 2021
  • 2 min read


Hari itu jam 8 malam, saya berdiri diam dibawa shower yang deras dengan airnya yang dingin. Suara tangisan saya tertutup oleh suara air yang mengalir dari shower. Ketidakberdayaan mencengkram begitu erat, tarikan nafas begitu berat dan emosi meluap-luap. Asrama di kota Lawang, yang baru saya tempat 2 bulan, terasa begitu sepi.

Tubuh saya ada di Lawang, tetapi pikiran saya terbang ke Pontianak. Mama dikabarkan sakit cukup parah dan saya tidak bisa berbuat apa-apa. Imajinasi saya yang semakin liar dalam membayangkan kondisi mama saya, menyerang balik ke saya dalam bentuk kekhawatir. Satu-satunya yang terlintas dikepala untuk dilakukan adalah doa.

“Tuhan, saya mendengar kabar mama sakit. Saya sendiri tidak tahu kondisi sebenarnya. Saya tidak bisa membantu apa-apa. Tuhan, saya percaya karna Engkau yang memanggil saya menjadi hambaMu dan memberkati saya sampai saat ini, Engkau juga akan menjaga dan memberkati mama. Dalam nama Yesus, hambaMu berdoa. Amin.”

Kisah di atas adalah pengalaman saya semester pertama di kampus teologi. Kejadian yang tidak mungkin saya lupakan. Saya, seorang yang 18 tahun tinggal di Pontianak, untuk pertama kalinya keluar kota lebih dari 2 minggu. Tidak bisa pulang, karna jauh dan tidak punya uang. Tetapi bukan hanya kejadian tersebut yang tidak akan saya lupakan, doa saya kala itu, juga tidak akan saya lupakan. Di dalam doa itu, saya belajar satu sisi immanuel. Tentang berserah, tentang berharap, tentang penyertaan dan tentang damai di hati. Allah yang beserta saya juga Allah yang beserta mama saya.

Apa yang saya pelajari lewat peristiwa dan doa tersebut adalah satu sisi mata uang immanuel. Immanuel yang berarti Allah beserta kita, mengandung penyertaan, harapan dan kedamaian jiwa. Mazmur 118:6 berkata, “TUHAN di pihakku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?”. Bisa dibayangkan bagaimana tenang dan beraninya kita jika Allah ada disamping kita. Allah menemani kita menghadapi tantangan dan kesulitan.

Immanuel sebagai sebuah sekolah menjadi monumen yang selalu mengingatkan bahwa Allah kita selalu beserta kita. Saya pribadi juga berharap Sekolah Kristen Immanuel juga memberi pengharapan itu. Siswa siswi yang dididik ditempat ini bisa dengan kepala tegak menghadapi tantangan zaman. Tidak ada kegentaran, karena Immanuel bukan hanya nama sekolah mereka, tapi Immanuel adalah sebuah pengharapan hidup.

Tadi saya berkata ini hanya satu sisi mata uang, lalu apa sisi mata uang yang satunya dari Immanuel. Jika tadi Allah beserta kita, membuat kita punya pengharapan hidup, ketenangan jiwa serta keberanian, maka Allah beserta kita seharusnya juga menuntut kita menjadi pribadi yang lebih baik. Jika Allah beserta kita, harusnya kita berkomitmen untuk menjadikan diri layak di sertai Allah.

Bisa dibayangkan bagaimana kita harus bersikap jika Allah bersama kita setiap saat. Bayangkan Allah ada disamping kita. Masih beranikah kita berbohong? Masih beranikah kita menyontek? Masih beranika kita curang? Dll.

Menjadi sangat relevan jika sekolah Immanuel memilih motto Smart, Wise, Accountable. Orang-orang yang terlibat dalam Sekolah Kristen Immanuel diharapkan memiliki kualitas diri yang cerdas, bijak dan bertanggung jawab. Orang-orang yang disertai Allah haruslah orang-orang yang memiliki kualitas diri yang baik, atau minimal berjuang ke arah itu.

Pesan terakhir dari saya, “Dengan keyakinan akan Immanuel, marilah kita menghadapi masa depan dengan penuh pengharapan dan keberanian serta semangat untuk terus memperbaiki kualitas diri.”



Beny

 
 
 

Comments


Post: Blog2_Post

©2020 by SMA K Immanuel Bilingual. Proudly created with Wix.com

bottom of page